SAAT
IBU DI PASAR
“Duh, Ibu lama
sekali di pasar…” keluh Arka. Ia sudah selesai menggunting rumput di halaman.
Hari ini, Ibu berjanji akan mengajarinya cara mencangkok pohon. “Spada…spadaaa…”
Tiba-tiba terdengar suara perempuan dari arah pagar. Seorang perempuan
kurus,kecil,dan berambut ikal.Tangan kirinya memegang dua bendera
kecil.,terbuat dari plastik. “Siapa ya?” pikir Arka. Ia belum pernah melihat
perempuan ini. Arka berjalan mendekati pagar. “Cari siapa?” Tanya Arka ke
perempuan itu.
Perempuan itu
tidak menjawab. Ia mendorong pintu pagar yang dibuka setengah oleh Arka. Ia
berjalan kea rah kursi teras dan berdiri di sampingnya. Arka heran melihat
perempuan ini. Ia piker perempuan ini akan duduk, ternyata hanya berdiri.
“silahkan duduk,Tante”.Perempuan itu duduk sambil melambai-lambaikan bendera
plastik. “Tante siapa?” tanya Arka lagi. Tamu itu hanya tersenyum manis.
“Tante teman Ibu?” tanya Arka lagi. Kali
ini,tamu itu mengagguk-angguk. “Tumben, Ibu punya teman yang suaranya
minimalis” piker Arka. Semua teman Ibu yang Arka kenal,senang bercerita.
Diperhatikannya perempuan itu dengan seksama. Satu hal yang paling menonjol
dari perempuan ini adalah cara berpakaiannya yang semarak. Blus berwarna merah
terang dipadu dengan rok semata kaki berwarna putih. Di punggungnya terdapat
dua lambing partai politik. Sepatunya berwarna merah dan ada dua garis putih
menyilang di sisi kiri dan kanan. Kaos kakinya juga berwarna putih.
“Dari jauh,pasti
seperti bendera turun dari tiang” pikir Arka sambil tersenyum. “ehem,hm….”
Perempuan itu menunjuk ke tenggorokannya. “Maaf. Sebentar Tante,” kata Arka. Ia
merasa bersalah karena lupa mengambilkan air minum. Dengan cepat Arka
mengambilkan dua gelas air sirup digin, satu untuk tamu dan satu lagi untuk
dirinya.
Tamu itu tertawa
melihat Arka datang dengan dua gelas sirup. “Pasti dia haus sekali” piker Arka.
Tamu itu mengambil gelas yang baru diletakkan Arka dan menegak habis isi gelas.
Kemudian, gelas yang sudah kosong diletakkan dibawah kursi. “Kenapa gelas
kosongnya diletakkan dibawah kursi? Seperti lagi di acara kondangan saja,”
pikir Arka.
Tamu itu berdiri
dan mengibas-ngibaskan rok panjangnya. Berputar-putar. Ujung rok itu mengenai
gelas yang diletakkan di lantai. Gelas itu terguling di lantai. Tamu itu
tertawa. Khawatir pecah, Arka mengambil gelas itu dan meletakkannya di atas
meja. Tamu itu melihat Arka sambil membelalakkan mata “Hei!” hardiknya keras.
Arka kaget. Raut
muka tamu itu menakutkan. Arka menunduk. “Ibu kenapa lama sekali sih?” pikir
Arka. Tiba-tiba,tamu itu tertawa ramah. Arka mengangkat muka dan tersenyum.
“Ah,Tante bikin kaget saja,” kata Arka. Tamu itu tertawa ramah lagi.
“Permisi…..” Arka melihat ke arah pagar. Disana ada sepasang laki-laki dan
perempuan. Arka ingat. Mereka adalah Bapak dan Ibu Tigor,tetangga ujung jalan
yang baru pindah minggu lalu.
“Silahkan
masuk…..” kata Arka. “ Kami mau menjemput Kak Lala,” kata Bu Tigor sambil
menunjuk ke arah tamu yang sedang duduk di teras. “Oh, Ibu kenal dia? Dia teman
Ibuku” kata Arka. Bu Tigor menggeleng. “Dia saudara kami yang baru datang dari
Manado. Dia sedang sakit” jelas Bu Tigor. “Sakit apa?” tanya Arka heran.
Setahunya,orang sakit tidak akan kuat berjalan-jalan.
“Dia sedang
stress. Jadi,dia lupa sekelilingnya” kata Pak Tigor sambil menggandeng tamu tadi
untuk diajak pulang. Ketika sampai di pintu pagar,tamu tadi tersenyum manis
kepada Arka dan berkata “Terima kasih”. “Sama-sama” jawab Arka sambil berlari
ke dalam rumah. Arka menyesal telah membukakan pintu untuk orang yang tidak
dikenalnya. Untungnya, tamu tak dikenal tadi tidak berbahaya. Arka berniat akan
menceritakan kejadian ini kepada Ibu ketika Ibu pulang nanti.
Tidak lama
setelah itu Ibu pun pulang. “Ibu,akhirnya pulang juga!” seru Arka. Ibu
terheran-heran melihat anaknya berlari menghampirinya. Arka pun bercerita apa yang telah terjadi
tadi. Ibu tertawa mendengar cerita Arka, Ibu menjadi geli sendiri karena Arka
bercerita terlalu bersemangat dan menggebu-gebu. “Sudahlah,lebih baik kamu
bantu Ibu dulu membawa belanjaan ini ke dalam rumah” ujar Ibu.
Arka pun
membantu Ibu sampai selesai. Saat sudah selesai, Ibu menyuruh Arka untung duduk
di ruang tamu. “Sini Ka, Ibu mau bicara” ujar Ibu. Arka duduk disamping Ibu.
“Semoga Arka bisa mengambil pelajaran dari kejadian tadi, saat Ibu pergi tadi
berarti Ibu percaya dengan Arka untuk menjaga rumah. Oleh karena itu, Arka
harus waspada” kata Ibu. “Baik Bu” angguk Arka.
“Oh iya, Arka
juga tidak perlu takut atau menjauhi Kak Lala,justru orang seperti itu butuh
dukungan dari sekitarnya untuk sembuh dari penyakitnya” kata Ibu. “Sembuh?
Memang bisa Bu? “ tanya Arka. “Tentu, biasanya orang terapi itu diterapi oleh
psikolog. Psikolog itu orag yang bisa membantu dalam masalah kejiwaan” kata
Ibu. “Wah sepertinya Arka berminat Bu menjadi psikolog!” seru Arka. “Baiklah, kalau
begitu belajarlah yang rajin ya nak” ujar Ibu. Lalu mereka pun berpelukan.
-TAMAT-
0 komentar:
Posting Komentar