This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 25 November 2015

Review film motivasi "Surat Kecil Untuk Tuhan"

PENDAHULUAN

Motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak  dari dalam individu  untuk melakukan aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh factor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat  mencapai tujuan yang di kehendaki. Motivasi daipandang dari segi tujuan, berarti  motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seorang mempunyai keinginan untuk belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.

1. Definisi Motivasi
Sujono Trimo memberikan pengertian motivasi adalah suatu kekuatan  penggerak dalam perilaku  individu dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan (perintence) tiap perilaku manusia yang di dalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insane  yang bersangkutan.
Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.
Robbins dan Judge mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.  

2. Teori Motivasi
     Teori Motivasi Maslow
          Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi
          kebutuhan manusia sebagai berikut:
          1. Kebutuhan Fisiologis
              Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang    
              merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen,
              tidur dan sebagainya.
          2. Kebutuhan Rasa Aman
              Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang            
              kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi    
              keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan  
              kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak  
              lagi bekerja.
          3. Kebutuhan Sosial
              Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan    
              muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi     
              yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
              kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi    
              bersama dan sebagainya.
          4. Kebutuhan Penghargaan
              Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi
              seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja
              seseorang.
          5. Kebutuhan Aktualisasi diri
              Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.  
              Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya
              dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi
              yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada  
              kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan
              perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang
              akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

3. Sinopsis Film
Film ini menceritakan Gita Sesa Wanda Cantika atau yang dikenal dengan nama panggilan  Keke, seorang gadis remaja berusia 13 tahun yang cukup beruntung, karena lahir dari keluarga yang sangat berada, memiliki dua orang kakak laki-laki yang bernama Chika dan Kiki, orang tua yang sangat menyayanginya walau sudah bercerai, dan juga Pak Yus, ajudan sang Ayah. Selain itu Keke juga dikelilingi enam sahabat karib yang selalu setia menemaninya dan hidupnya pun semakin lengkap dengan kehadiran seorang kekasih yang juga begitu menyayanginya, yaitu Andy.
Semuanya tampak begitu sempurna. Pada tahun 2003 kanker menghinggapinya, Keke adalah pengidap Rhabdomyosarcoma (kanker jaringan lunak) pertama di Indonesia. Gadis cantik itu pun berubah menjadi "monster" hingga terpaksa harus menjalani serangkaian kemoterapi dan radiasi hampir setahun lamanya, akibatnya, semua rambut Keke sedikit demi sedikit mulai rontok, kulitnya mengering, dan sering mual-mual. Ketekunan Keke dan keluarganya membuahkan hasil. Keke dinyatakan sembuh dan bisa kembali menjalani aktivitas seperti sedia kala.
Tak disangka, setahun kemudian, pada 2004, kanker itu kembali, lebih parah dan mematikan. Meskipun sudah ditolak di rumah sakit mana-mana, ayah Keke tidak pernah sekali pun menyerah untuk menyembuhkan anaknya, terbukti bahwa ia sanggup ke pedalaman bahkan keluar negeri hanya untuk menyembuhkan Keke. Meskipun ratusan dokter memprediksi bahwa hidup Keke tidak akan lebih dari tiga bulan, Keke berhasil bertahan untuk lebih dari setahun. Meskipun pada akhirnya, Keke harus menerima kenyataan bahwa ia memang tidak dapat disembuhkan karena kanker itu sudah terlalu menyebar. Keke meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 2006. 

4. Review Film
            Berdasarkan  teori motivasi yang dikemukakan oleh Maslow, teori fisiologis apabila dikaitkan dengan film Surat Kecil Untuk Tuhan, Keke sebagai tokoh utama sebelum mengidap penyakit kanker jaringan lunak ia adalah seorang gadis remaja yang berasal dari keluarga yang berada. Kebutuhan sehari-harinya dapat dipenuhi seperti mendapatkan pendidikan, kebutuhan sehari-hari yang layak (makan, minum, hiburan).
            Berikutnya, teori rasa aman dapat dikaitkan dengan film tersebut pada saat seorang ayah memberi batasan kepada Keke untuk pergi ke sekolah pada saat ayahnya tau bahwa Keke mengidap penyakit kanker. Pada saat itu, ayah Keke tidak memberi tahu kondisi yang sebenarnya kepada Keke. Sempat Keke merasa aneh ketika ayahnya berperilaku yang tidak biasa seperti hal nya membatasi waktu bermain Keke, semua itu dilakukan oleh ayah Keke karena ayah Keke tidak ingin gadisnya itu merasa kelelahan. Semenjak ayah Keke mengetahui kondisi Keke, ayahnya menyuruh orang untuk selalu mengantar Keke ke sekolah agar Keke selalu ada dalam keadaan aman di kondisi yang sedang lemah.
            Selanjutnya, teori kebutuhan sosial dapat dikaitkan dengan film tersebut saat Keke dan teman-teman dekatnya sedang belajar bersama. Lalu rambut Keke rontok, Keke pun sedih karena melihat rambut Keke yang sudah hampir botak itu jadi semakin habis. Teman-teman Keke tidak tega melihat Keke bersedih, kemudian teman-teman Keke pun menggunting rambut mereka satu persatu dan memberikannya kepada Keke.
            Berdasarkan teori penghargaan, dapat dikaitkan dalam film tersebut Keke diberi hadiah boneka oleh pacarnya ketika Keke mampu bertahan dalam penyakitnya, tetap semangat dalam menjalani perawatan seperti selalu minum obat secara teratur dan makan yang banyak.
            Kemudian, berdasarkan teori aktualisasi diri dalam kondisi sakit Keke mampu mendapatkan prestasi belajar di sekolahnya dengan mendapatkan peringkat pertama. Dan guru-guru pun memberikan pujian atas kegigihan Keke. Keinginan Keke untuk bersekolah pun sangat besar, seringkali ayahnya melarag Keke untuk ke sekolah karena kondisinya sudah sangat parah. Tetapi, Keke bersikuku untuk tetap pergi sekolah untuk mengikuti Ujian Nasional.


KESIMPULAN

             Motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.  Jadi dari film Surat Kecil Untuk Tuhan dapat disimpulkan bahwa teori motivasi Maslow yang mencakup teori fisiologis, teori rasa aman, teori kebutuhan sosial, teori penghargaan, dan teori aktualisasi saling berperan dan mempengaruhi. Seseorang dapat dikatakan mempunyai motivasi karena adanya keinginginan untuk mencapai sesuatu. Motivasi untuk sembuh dari seorang Keke yang mengidap penyakit kanker ia dapatkan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya. Karena semua orang mendukungnya untuk sembuh dengan memberikan rasa nyaman, reward ,dll,  Keke selalu berjuang melawan sakitnya. 
 
SUMBER
Handoko, Hani T, Dr.MBA dan Reksohadiprodjo Sukanto, Dr. M.Com.1996. Organisasi Perusahaan. Edisi kedua Yogyakarta : BPFE
Cut Zurnali, 2004, Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Perilaku Produktif Karyawan Divisi Long Distance PT Telkom Tbk, Tesis, Unpad, Bandung

Rabu, 11 November 2015

Review Film : Exodus God and Kings



PENDAHULUAN
Kepemimpinan (leadership) merupakan suatu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan kita sebagai suatu makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia selalu tidak terlepas dari apa itu yang dinamakan interaksi, baik itu dengan sesamanya mau lingkungan kehidupannya. Ketika suatu individu telah masuk dalam suatu lingkungan kelompok atau organisasi, manusia tersebut haruslah mampu menciptakan kondisi yang harmonis antar anggota kelompok atau organisasi yang dimasukinya.


REVIEW FILM: EXODUS GOD AND KINGS 
Film ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu dari Israel yang bernama Moses, dia dibesarkan oleh keluarga kerajaan Mesir (Moses/Musa adalah seorang Ibrani yang diadopsi oleh putri Firaun dan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir). Pada awalnya, Musa dan Firaun bersahabat baik sampai dewasa. Musa yang merasa setelah 400 tahun masa perbudakan semakin memburuk dan terpikir olehnya untuk menghentikan hal tersebut.  Tapi sayang, Firaun menolak dan mengakibatkan mereka dulunya berteman menjadi berseberangan. Akhirnya Musa memimpin 400.000 budak dalam perjalanan manumental untuk melarikan diri dari Mesir. Meski begitu, Firaun yang kejam tidak merelakan kebebasan para budak-budaknya. Firaun segera mengerahkan pasukan untuk melawan musa. Dalam perang itu lautan dipenuhi darah dan mayat, sekaligus terjadi berbagai bencana alam. Namun Musa yakin dengan perjuangannya kerena mendapat dukungan dari Tuhan.


A. Teori X & Y dari Douglas McGregor
            Asumsi yang dikembangkan dalam teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (derective leadership style). Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leadership style). Dalam teori X dan Y Douglas McGregor berusaha mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.
            Kaitannya dengan film ini adalah gaya kepemimpinan Firaun yang cenderung negatif, hal itu terlihat saat adegan Firaun memaksa rakyat-rakyatnya untuk memberi tahu dimana Musa berada dengan cara mengumpulkan setiap keluarga di lapangan kerajaan. Lalu anak-anaknya dan istrinya disandera, lehernya diikat dengan tali dan mereka disuruh berdiri di atas papan kayu. Apabila sang kepala keluarga tidak mau memberi tahu dimana keberadaan Musa maka papan kayu tersebut ditarik dan itu berarti anak-anak dan istrinya mati. Tetapi, Musa memiliki gaya kepemimpinan yang positif. Terlihat saat adegan Musa membantu mneyelamatkan budak-budak dengan menyebrang laut, Musa membelah laut dengan pedangnya agar para budak-budak dapat menyeberangi laut. Dan saat kamu Firaun ingin menyebrang, lautnya kembali seperti semula.



B. Teori Sistem 4 dari Sistem Likert
  • Sistem Otokratis Eksploitif
Pada sistem Otokratis Eksploitif ini, pemimpin membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah .
            Kaitan dengan film ini berdasarkan teori tersebut adalah sorang pemimpin mempunyai keputusan terihat dari adegan saat Musa membentuk pasukan baru dengan cara mendidik budak budak untuk menjadi pasukan perang agar dapat melawan pasukan Fir’aun. Para budak pun mengikuti perintah Musa karena mereka pun merasa tertekan karna gaya kepemimpinan Fir’aun.
  • Sistem Otokratis Paternalistic
Pada sistem ini, Pemimpin tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat
            Kaitan film ini dengan teori diatas adalah Musa terlihat menghargai pendapat bawahannya. Terlihat dari adegan saat ada seorang yang mengeluh saat ia di didik menjadi prajurit, budak tersebut merasa tidak mampu dengan didikan yang Musa berikan. Lalu, budak tersebut mengundurkan diri dari pasukan prajurit tersebut dan Musa pun memperbolehkan budak tersebut keluar dari pasukan prajurit yang ia bentuk.
  • Sistem Konsultatif
Pada sistem ini, Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan–keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman. Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
            Kaitan film ini dengan teori diatas adalah saat Musa memberikan suatu perjanjian kepada budak budak bahwa apabila mereka menuruti cara Musa mereka akan terbebas dari jajahan kaum Fir’aun .
  • Sistem Partisipatif
Sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
            Kaitan film ini dengn teori diatas adalah terlihat saat Musa dan budak budak berperang dengan Fir’aun. Musa memiliki teman dekat dari salah satu budak tersebut, dia dijadikan seperti tangan kanannya Musa. Sehingga saat perang mereka dapat berkomunikasi dengan baik untuk memikirkan strategi selanjutnya dan dapat mengalahkan kaum Fir’aun.
C. Theory Of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Schmidt)
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan. Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin. Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
            Kaitannya dengan film ini terliha pada saat Firaun memaksa prajuritnya untuk tetap berada di pihaknya dan terus mencari cara bagaimana menjatuhkan Musa. seperti pada saat Firaun menyuruh prajuritnya untuk latihan tanpa henti agar dapat mengalahkan musa.
D. Modern Choice Approach to Participation (Vroom & Yetton)
Menurut teori ini gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil.
            Kaitannya dengan film itu pada saat Musa menyuruh para kaum budak untuk pindah dari wilayah yang lama ke wilayah yang baru. Karena wilayah yang lama sudah di ambil alih oleh Firaun yang serakah.
E. Contingency Theory of Leaderhip dari Fiedler
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kefakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yg spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.
Kaitannya pada saat Musa memutuskan untuk mengajak para budak menyebrang laut agar mereka tidak tertangkap oleh kaum Firaun karena, kaum Firaun sudah datang mendekat. Dan apabila kaum budak tertangkap oleh kaum Firaun maka mereka akan di bunuh satu-persatu.
F. Konsep Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpin  mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
            Kaitannya pada saat musa memberitahu para budak untuk menggunakan tameng dengan baik, agar dapat menahan perlawanan dari para kaum Firaun. Musa mendidik para budak dengan cara menyuruh para budak berbaris memegang tameng kemudian Musa mendorong mereka satu-persatu dari depan dengan keras dan cara itu berhasil membuat para budak menjadi prajurit yang kuat dan tangguh. Akhirnya Musa pun menggunakan cara yang sama untuk mendidik prajurit yang lain.

Jadi, menurut kelompok kami kepemimpinan itu adalah suatu bentuk dalam proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dalamkepemimpinan terdapat pemimpin yang selalu mengarahkan pengikutnya. Pemimpin biasanya selalu mendengarkan saran-saran atau pendapat pengikutnya demi kelancaran berjalannya suatu tujuan yang sudah direncanakan. Pemimpin juga biasanya akan memberikan penghargaan apabila pengikutnya dapat melakukan yang terbaik demi tujuan bersama dan memberikan motivasi kepada pengikutnya agar pengikutnya merasa adanya dukungan dari sang pemimpin.

Rabu, 04 November 2015

LEADERSHIP



I.                  PENDAHULUAN
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, Menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan  hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin, perlu mengetahui ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Para ahli di bidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan.

1. DEFINISI LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)

  • Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998) memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.
  • Menurut Hemphill and Coons (1957) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama.
  • Menurut Rauch and Behling (1984) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.
  • Menurut Jacobs and Jacques (1990) kepemimpinan adalah interaksi antarmanusia dimana salah satunya menyajikan suatu jenis informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang lain yakin bahwa hasilnya akan lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diharapkan.


2. TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

A. Teori X & Y dari Douglas McGregor
            Asumsi yang dikembangkan dalam teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (derective leadership style). Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leadership style). Dalam teori X dan Y Douglas McGregor berusaha mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.
B. Teori Sistem 4 dari Sistem Likert
  • Sistem Otokratis Eksploitif
Pada sistem Otokratis Eksploitif ini, pemimpin membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah .
  • Sistem Otokratis Paternalistic
Pada sistem ini, Pemimpin tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
  • Sistem Konsultatif
Pada sistem ini, Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan–keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
  • Sistem Partisipatif
Sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
C. Theory Of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Schmidt)

Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan. Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
  • Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
  • Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
  • Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
  • Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.” Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
  • Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
  • Kepemimpinan Pola 6 : “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
  • Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.
D. Modern Choice Approach to Participation (Vroom & Yetton)
Menurut teori ini gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang
dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil. Model teori ini dapat digunakan untuk:
  •  Membantu mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara berkelompok (group problem solving situation).
  •  Menyarankan gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak untuk setiap situasi. Ada tiga perangkat parameter yang penting yaitu klasifikasi gaya kepemimpinan, kriteria efektifitas keputusan, kriteria penemukenalan jenis pemecahan persoalan.Misalnya seorang dokter yang mengambil keputusan untuk melakukan operasi terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa dia harus berkonsultasi terlebih dahulu terhadap staf-stafnya dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya.Dari sini dapat dilihat bahwa gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh dokter tersebut merupakan gaya pengambilan keputusan A-1 yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dimana dia mengambil keputusannya sendiri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya
E. Contingency Theory of Leaderhip dari Fiedler
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yg spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.

Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan  (leader member relations) menjelaskan  sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.

Misalnya :
* Meminta orang tertentu untuk bekerja dalam kelompok
* Memindahkan bawahan tertentu ke luar dari unit
* Sukarela mengarahkan, mengajarkan dan menegur bawahan yang bandel atau sulit diatur

Struktur tugas (the task structure) menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.

Misalnya :
* Memberikan tugas baru atau tidak biasa pada kelompok
* Bagi tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil sehingga lebih terstruktur

Kekuatan posisi (Position power) menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

Misalnya :
* Tunjukkan pada bawahan siapa yang berkuasa dengan menerapkan seluruh otoritas yang Anda miliki
* Pastikan informasi pada kelompok hanya dapat diperoleh melalui anda
* Biarkan bawahan berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

F. Konsep Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpin  mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha –kinerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.

 Daftar Pustaka :
Sarwono, S.W. (2005). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:Balai Pustaka.
Tangkilisan, H.N. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Sehfudin, Arif. (2011). Dalam Skripsi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Komunikasi Organisasi Dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT.Cabang Semarang). Skripsi: Semarang